Kalian Percaya Keajaiban? Inilah beberapa Kenyataannya

05.55

Banyak orang, termasuk yang berada di sekitar kita sering tidak percaya dengan yang namanya keajaiban. Namun, banyak juga fakta yang mengungkap kejadian nyeleneh atau di luar nalar kita yang pernah menghiasi sejarah kemajuan umat manusia. Berikut ini adalah beberapa "keajaiban" yang pernah terekam sejarah, yang mungkin akan membuat Anda mempertanyakan sifat dari realitas itu sendiri.

Atlet Olimpiade


Dr. Charles Garfield, mantan peneliti yang pernah bekerja di NASA, dan sekarang merupakan pimpinan di Performance-Science Institute di Berkeley, California berbicara mengenai percobaan mengejutkan yang dilakukan oleh ilmuwan olahraga Uni Soviet. Penelitian ini mengkaji efek dari pelatihan mental, di mana mereka melakukan teknik visualisasi kepada empat grup atlet kelas dunia sesaat sebelum Olimpiade 1980 di Lake Placid, New York.

Empat grup atlet kelas wahid tersebut diberikan porsi latihan sebagai berikut :

Grup 1 melakukan 100% latihan fisik

Grup 2 melakukan 75% latihan fisik dan 25% latihan mental

Grup 3 melakukan 50% latihan fisik dan 50% latihan mental

Grup 4 melakukan 25% latihan fisik dan 75% latihan mental

Penelitian menunjukkan grup 4 (kelompok yang porsi latihan mentalnya terbanyak) menunjukkan perkembangan yang signifikan dibandingkan grup 3. Demikian juga, grup 3 menunjukkan perkembangan yang lebih dari grup 2, dan grup 2 menunjukkan perkembangan yang lebih dari grup 1.

Kelompok atlet yang mendapatkan porsi latihan mental terbanyak berkembang lebih cepat.

Para peneliti pun terheran-heran. Dr. Garfield berkata, "Selama latihan mental, para atlet menciptakan gambaran mental tentang bagaimana gerakan yang akan mereka lakukan nantinya di pertandingan. Penggunaan kemampuan ini meningkatkan efektivitas dari goal-setting, yang dulunya dianggap hanya sebuah prosedur yang membosankan."

Keajaiban Pengobatan Kanker


Pada tahun 1950, ada obat baru bernama Krebiozen, yang kemudian mendapat pengakuan sebagai obat penyembuh kanker dan telah dites oleh America Medical Association (AMA) dan US Food and Drug Administration (FDA). Salah satu peneliti yang terlibat dalam tes ini adalah seorang dokter bernama Bruno Klopfer.

Salah satu pasien Klopfer, bernama Wright, menderita kanker kelenjar getah bening. Semua perawatan standar telah dilakukan, dan sepertinya Wright sudah tidak punya cukup waktu lagi untuk hidup. Leher, ketiak, dada, perut, dan pangkal pahanya dipenuhi oleh tumor berukuran jeruk. Limfa dan hatinya terus membesar, sehingga dua liter cairan harus dikeluarkan dari tubuhnya setiap hari.

Ketika Wright mengetahui bahwa Dr. Klopfer terlibat di dalam penelitian obat Krebiozen, dia memohon untuk diberikan obat itu. Awalnya, Klopfer menolak karena obat itu belum dites menyeluruh dan hanya boleh dicoba untuk pasien yang jangka hidupnya paling tidak tinggal 3 bulan saja. Wright memohon terus-menerus, dan akhirnya Klopfer memutuskan untuk memberinya pada hari Jumat, walaupun ia diam-diam menduga Wright tidak akan bertahan hidup hingga akhir pekan.

Dr. Klopfer sangatlah terkejut!.

Senin berikutnya, Klopfer melihat Wright sudah bisa bangkit dari tempat tidurnya dan jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Klopfer melaporkan bahwa tumor pasiennya telah meleleh bagaikan bola salju yang dipanaskan dan telah menciut menjadi setengah ukuran aslinya. Ini merupakan pengobatan yang jauh lebih cepat dibandingkan pengobatan X-Ray paling canggih sekalipun.

Sepuluh hari setelah pengobatan Wright, dia diizinkan untuk pulang ke rumah, dan sejauh Klopfer bisa berkata, dengan tanpa tanda-tanda kanker sedikitpun!. Ketika pertama masuk rumah sakit, Wright bahkan butuh oksigen untuk bernafas, tetapi ketika sembuh dia cukup kuat untuk menerbangkan pesawat di ketinggian 12.000 kaki tanpa masalah.

Obatnya menjadi tidak efektif

Wright tetaplah bugar selama sekitar 2 bulan, namun kemudian banyak berita menyatakan bahwa Krebiozen sebenarnya tidak berpengaruh kepada kanker kelenjar getah bening. Wright yang memiliki pemikiran yang sangat logis dan ilmiah menjadi sangat tertekan akan berita itu, mengalami kambuh, dan kembali ke rumah sakit. Kali ini Klopfer mencoba untuk melakukan eksperimen.

Dr. Klopfer memberitahu Wright bahwa Krebiozen sebenarnya sangat efektif, namun pengaruhnya memburuk selama dalam tubuh. Klopfer mengatakan bahwa dia telah menemukan versi baru Krebiozen yang jauh lebih ampuh dari yang lama, dan segera bisa mengobati Wright. Tentu saja, sang dokter tidak memiliki obat itu, dan memutuskan untuk menyuntikkan Wright dengan hanya air steril. Sekali lagi, hasilnya sungguhlah dramatis. Tumornya meleleh, cairan di dadanya telah lenyap, dan Wright kembali bugar dan sehat. (Walaupun dia hanya disuntikkan hanya dengan air steril saja)

Keyakinan Wright begitu kuat, ia bisa membuat kanker muncul dan hilang sesuka hati.

Wright telah bebas dari penyakit selama dua bulan, namun kemudian American Medical Association mengumumkan bahwa sebuah studi nasional mengenai Krebiozen menyatakan bahwa obat itu tidak berguna untuk menyembuhkan kanker manapun. Kali ini, Wright telah kehilangan keyakinannya, kankernya berkembang dan ia meninggal dua hari kemudian.

Menciptakan Kebetulan


Dapatkah pikiran menciptakan kebetulan?

Baiklah, mari kita bahas cerita tentang seseorang yang menggunakan kekuatan pikirannya untuk menciptakan kebetulan, dan menjadi terkenal di Amerika karena kesuksesannya. Cerita ini ada di dalam buku yang ditulisnya tahun 1998.

Dia adalah Scott Adams, penulis komik Dilbert yang laris di Amerika dan dunia. Pada awal 1980-an, Scott mendengar sebuah proses yang disebut afirmasi dari temannya. Prosesnya sangatlah sederhana, seperti memvisualisasikan apapun yang kalian inginkan dan menulisnya 15 kali berturut-turut, sekali setiap hari, sampai kalian mendapatkannya.

Scott sebenarnya orang yang logis dan kritis.

Dia diberitahu bahwa dalam prosesnya tidak perlu keyakinan ataupun positive thinking. Yang lebih menarik adalah bahwa teknik ini akan mempengaruhi semesta secara langsung dan tidak hanya membuat Scott fokus akan tujuannya. Dengan kata lain, teknik ini akan membuat kebetulan yang luar biasa untuk menggerakkan siapapun menuju tujuan mereka. "Kebetulan" bisa saja hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan dengan kita dan bahkan ada di luar kendali kita.

Scott sebenarnya ragu terhadap proses ini, namun dia berpikir tidak ada salahnya mencoba.

"Dalam beberapa minggu, kebetulan mulai menghampiriku," tulis Scott. "Kebetulan yang luar biasa. Aku tidak akan menyebutkan tujuan spesifik yang ku tulis, karena itu pribadi, namun hanya dalam sebulan tujuanku telah tercapai persis seperti apa yang ku tulis". Tapi Scott belum sepenuhnya yakin bahwa proses itu yang membantunya. Kebetulan memang terjadi, dan Scott menganggap bahwa percobaannya tidak meyakinkan. Jadi, Scott mulai menetapkan tujuan lain (memperoleh beberapa keuntungan di pasar saham). Dia menuliskan tujuannya itu setiap hari, dan menunggu inspirasi datang. 

Inspirasinya datang kepadanya dalam bentuk mimpi.

Dia bangun pada suatu malam dengan kata "Beli Chrysler" terngiang di kepalanya. Dia akhirnya membeli saham di sebuah perusahaan pada salah satu periode paling suram perusahaan tersebut, namun mulai meningkat setelahnya dan ia membuat beberapa hasil yang cukup signifikan di sana. Dia mengulangi proses ini lagi dan memilih perusahaan sukses yang lain, dengan simbol saham "Ask".

Berbekal dengan keyakinan akan proses afirmasi ini, Scott memutuskan untuk menetapkan tujuan yang lebih menantang (masuk ke program MBA di University of California, Berkeley). Masalahnya adalah ia telah mengambil ujian masuk (tes G.M.A.T), dan hanya mendapat skor persentil ke-77. Dia haruslah berada di atas persentil ke-90 untuk setidaknya mendapatkan kesempatan diterima. Scott menargetkan persentil ke-94 dan kemudian menerapkan teknik afirmasi ini. Meskipun tidak bisa lebih tinggi dari persentil ke-77 dalam ujian praktek, namun Scott terkejut setelah mengetahui bahwa secara keseluruhan ia memang mencapai tepat persentil ke-94 untuk tes G.M.A.T (seperti yang ditulis dalam afirmasinya)

Dia lulus program MBA-nya di Berkeley pada tahun 1986.

Beberapa tahun kemudian, dia mencoba mengejar tujuan yang lebih serius (menjadi kartunis sukses). Dia tahu bahwa kemungkinan pengajuan kartunnya diterima oleh sebuah koran besar hanya kira-kira satu dari 10.000. Dia membuktikan kemungkinan itu salah dan kartunnya diterima. Dia pun segera mendapat uang dari penjualan kartun-kartunnya, namun dia belum puas dan ingin mencapai sesuatu yang lebih besar. Dia memutuskan untuk menjadi pembuat komik paling sukses di planet ini. Scott menganggap ukuran sukses pembuat komik itu ditentukan berdasarkan jumlah buku yang berhasil dijual.

Pada Juni 1996, bukunya, The Dilbert Principle, berhasil menempati urutan pertama pada daftar hardcover non-fiksi New York Times. Bahkan bukunya tetap dalam tiga besar selama musim panas. Pada bulan November, buku keduanya Dogbert's Top Secret Management Handbook, juga memasuki daftar bestseller. Scott menulis pengalaman tentang afirmasi ini dalam bukunya, The Dilbert Future. Dia tidak memaparkan bagaimana proses itu bekerja, namun menyimpulkan bahwa itu bekerja untuknya.

You Might Also Like

0 komentar