Adam Neumann ~ Bos WeWork yang Bermimpi membangun Bisnis di Mars

03.53

Di tahun 2006, Adam Neumann masih berumur 26 tahun. Ia belum menikah, apalagi memiliki anak. Namun, dari sebuah obrolan iseng bersama temannya, Adam menemukan ide bisnis. "Saya mendapatkan ide untuk merancang baju bayi yang dilengkapi pelindung lutut agar bayi nyaman saat merangkak" cerita Adam.

Bisnis baju bayi Adam kurang sukses, namun sudah menunjukkan kejelian pria berumur 36 tahun ini melihat peluang bisnis baru. Kejelian ini pula yang menjadi cikal bakal lahirnya WeWork. Saat menyewa ruang kantor di sebuah gedung di Brooklyn, New York, Adam melihat banyak ruangan di gedung tersebut kosong. Ide besar pun datang: bagaimana jika ruangan kosong itu digunakan sebagai ruang kerja bersama?

Dia pun membagi ide tersebut kepada Miguel McKelvey, seorang arsitek yang juga menyewa di gedung tersebut. Kolaborasi kedua orang ini pun berujung pada WeWork, sebuah perusahaan coworking space terbesar di dunia saat ini.

Memulai Ide


WeWork adalah layanan yang menyediakan tempat bagi pengguna untuk bekerja. Di dalamnya tersedia fasilitas yang membantu Anda untuk bekerja, mulai dari meja kerja, loker penyimpan barang, ruang rapat, sampai camilan dan sarana rekreasi. WeWork pun merancang coworking space ini sebagai ruang kerja yang asyik dan menyenangkan, tercermin dari desain yang modern dan kekinian.

Untuk menggunakan WeWork, pengguna membayar sekitar US$350-400 per bulan. Dengan tarif itu, pengguna mendapatkan sebuah meja dan jatah dua jam menggunakan ruang rapat. Jika ingin mendapatkan meja pribadi, tarifnya sekitar US$450. Tarif itu sebenarnya tidak murah, namun WeWork memang bukan melulu soal menyewakan area kantor.

Karena sifatnya yang terbuka, setiap orang berbagai latar belakang atau perusahaan bisa datang dan menyewa tempat di sana. Dan di sanalah salah satu keistimewaan coworking space seperti WeWork ini: menawarkan kesempatan untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan sesama pekerja lepas lainnya. Hal ini dilakukan sejak tahap desain ruangan, ketika fasilitas bersama di WeWork sengaja dirancang agar setiap orang mudah bertemu dan mengobrol.

WeWork juga menyelenggarakan pertemuan secara rutin antaranggotanya. Hal ini membuka kesempatan bagi anggota WeWork menemukan orang yang bisa membantu ide bisnis mereka masing-masing. WeWork bahkan menyediakan platform yang memungkinkan anggotanya untuk melakukan barter pekerjaan (seperti seorang developer bersedia membuatkan aplikasi dengan imbalan penyusunan surat perjanjian dari anggota lain yang memiliki latar belakang hukum). "Sekitar 55% anggota kami melakukan bisnis ke sesama anggota," ungkap Adam.

Konsep Berbagi


Membahas coworking space, tahun mendatang diperkirakan akan ada 7.800 ruang bekerja bersama seluruh dunia yang menampung 510 ribu anggota. Di Indonesia pun sudah ada beberapa coworking space seperti ini, contohnya ConClave, Comma, dan WorkOut. Namun Adam tidak menganggap WeWork bersaing dengan sesama coworking space. "Pesaing sesungguhnya WeWork adalah ruang perkantoran," ungkap Adam kepada Bloomberg, sambil menunjuk pasar area perkantoran yang mencapai US$15 triliun di AS saja.

Tidak mengherankan jika WeWork kini terus mengembangkan jangkauan layanannya. Saat ini terdapat 61 lokasi di 18 kota besar di AS, Eropa, dan Israel. Luas area yang ditawarkan WeWork mencapai 2,8 juta meter persegi, atau lebih luas dari seluruh gedung Empire State Building. Dengan jumlah sebesar itu, WeWork adalah pemimpin di dunia coworking space saat ini. Nama besar WeWork pun terlihat ketika mereka membuka area coworking space-nya di London. Saat dibuka, sebanyak 80 % kapasitasnya langsung terisi. 

Konsep coworking space makin menemukan momentumnya ketika semangat self-employee kian berkibar di generasi muda saat ini. Riset Deskmag memperkirakan, sebanyak empat puluh persen tenaga kerja akan menjadi freelance atau bekerja mandiri pada tahun 2020 nanti. "Mereka bisa saja bekerja dari rumah," ungkap pria yang pernah menjadi anggota Angkatan Laut Israel tersebut. "Namun pilihan lainnya adalah datang ke coworking space dan dikelilingi orang-orang yang memiliki semangat yang sama," tambah Adam.

Karena itulah Adam mengaku tidak menganggap serius skeptisme seputar WeWork. Skeptisme itu bermuara pada anggapan pengguna utama WeWork adalah perusahaan startup teknologi. Saat ini, perusahaan startup teknologi memang sedang naik daun, namun diperkirakan akan segera melandai seiring redanya histeria pasar terhadap perusahaan teknologi. "Perusahaan seperti itu jumlahnya sangat sedikit," ungkap Adam. "Anggota WeWork memiliki latar belakang dari berbagai industri dan berasal dari perusahaan yang mapan," tambah pria yang hijrah ke AS mengikuti sang kakak yang menjadi model.

WeWork tidak berhenti pada menyewakan ruang bekerja. Saat ini mereka sedang mempersiapkan layanan micro-apartement yang menyewakan sarana tempat tinggal di atas area ruang kerja. Dalam tahap pertama, layanan yang disebut WeLive ini akan memiliki 250 unit apartemen yang dilengkapi fasilitas unik seperti penyimpanan sepeda, taman, obat-obatan, serta perpustakaan.

Dengan seluruh pencapaian tersebut, nama Adam Neumann pun kian berkibar. Di tahun ini, Adam dinobatkan di tempat teratas dalam daftar 40-under-40 Majalah Fortune. WeWork disebut sebagai The Most Innovative Companies oleh Fast Company. Nilai WeWork pun kini mencapai US$10 miliar, menempatkan WeWork di posisi sebelas daftar startup terbesar di dunia saat ini.

Namun sepak terjang Adam masih akan berlanjut. Ketika ditanya apa impiannya selanjutnya, Adam dengan lugas menjawab "WeWork di Mars"

You Might Also Like

0 komentar